Ekilorea: Sebuah Awal

Matahari sudah temaram ketika aku mulai membuka mata. Guratan sinar oranyenya masuk menembus jendela minimalis kamar tidurku dan terpantul sempurna oleh cermin yang ada di seberang jendela sekitar 2-3 meter jauhnya. Cahaya itu sedikit menerangi kamarku yang dindingnya terbuat dari susunan batako abu-abu dan ubin dingin lantainya yang berwarna abu-abu juga. Aku mencoba beranjak dari balik selimut buluku menuju ke saklar lampu yang ada di samping cermin itu. Lampu kamarku memang tidak seterang lampu-lampu di bangunan ini. Cahaya putih bersemu kuning dari lampu kamarku serasa pasangan pas dari cahaya oranye keunguan senja sore itu. 

Dari situ lalu aku bergerak menuju ke arah jendela kamarku yang terletak empat langkah dari ujung tempat tidurku. Aku terdiam sembari menatap mentari yang perlahan bergerak menuju peraduannya. Waktu senja adalah waktu favoritku. Cahaya ungu, oranye dan merah seakan terlihat seperti lukisan abstrak pada sebuah kanvas biru langit. Lukisan yang tidak akan pernah bosan kulihat. Sebagian orang mungkin menganggap senja itu menjemukan karena corak yang hampir sama muncul setiap harinya. Tapi bagiku, setiap senja punya cerita berbeda yang membuatku mendewasa.

Sebelum melaju lebih jauh, perkenalkan namaku Ekilorea. Usiaku 19 tahun dan aku tinggal bersama nenekku di sebuah apartemen di pinggir kota Onati, Basque. Onati adalah sebuah kota kecil berpenduduk 10.000 jiwa dan berjarak 65 kilometer arah tenggara Bilbao, ibukota Basque. Bangunan-bangunan disini didominasi oleh warna abu-abu, coklat dan krem khas zaman abad pertengahan di Eropa. City center adalah tempat favoritku di Onati. Gedung walikota, mahkamah agung dan katedral Iglesia de San Miguel Arcangel berbagi halaman depan mereka dan masyarakat menggunakannya sebagai tempat berkumpul setiap harinya. Banyak burung merpati beterbangan dan hinggap di pohon-pohon lalu terbang menukik berebut roti yang ditebarkan oleh penduduk Onati. Setiap sore selalu ada saja gerombolan anak muda yang berkumpul di city center ini sekedar untuk melepas lelah. Julio sang gitaris juga selalu siap sedia di depan kantor walikota untuk mendendangkan lagu yang selalu ia bawakan setiap harinya. Tentu saja scene favoritku adalah melihat siluet kantor walikota ketika senja mulai merekah. Celotehan orang tua dan anaknya, petikan gitar Julio, dan kicauan burung-burung adalah orkestra sempurna milik kota Onati. Onati adalah rumahku sejak dulu. Sekarang. Dan hingga nanti. 

Di Onati ini pulalah, banyak penasaran dan pertanyaan tumbuh dan berkelebat di otakku. Mulai dari kehidupan sehari-hari hingga perjalanan-perjalanan yang telah aku lalui. Aku ingin mengajakmu menyaksikan sebuah penelusuran akan makna-makna yang coba aku sarikan dari mengamati jalanan di Basque ini. Tak apa jika menurutmu apa yang aku sampaikan ini tidak benar atau tidak sesuai dengan apa yang kau pikirkan. Toh, aku disini tidak untuk memunculkan kebenaran. Aku disini untuk berbagi kacamataku bersamamu. Coba siapkan apa yang kamu biasa minum saat bersantai. Lalu duduk manis di beranda depan rumahmu dan mari menjelajah jalanan Basque bersamaku.

Komentar

Postingan Populer